Retail adalah kegiatan pemasaran produk baik barang atau jasa yang dilakukan secara eceran kepada konsumen akhir untuk penggunaan rumah tangga atau pribadi, dan bukan untuk dijual kembali.

Konsultan bisnis ritel Indonesia Djoko Kurniawan mengatakan banyak usaha retail seperti laundry, kedai kopi, toko kelontong dan sebagainya. Fungsi bisnis retail adalah membeli barang dari produsen dalam jumlah besar dan menyimpannya, kemudian menjual barang kepada konsumen akhir.

Seorang retailer menginformasikan/menjelaskan fungsi produk kepada konsumen serta memberikan tanggapan terhadap komplain dari konsumen. Retailer kemudian meneruskan komplain itu kepada produsen. Selain itu retailer memudahkan konsumen membeli barang karena lokasinya mudah terjangkau. Fungsi retailer lainnya adalah memberikan pelayanan yang baik sehingga konsumen merasa nyaman.

“Pengalaman saya mengunjungi sekitar 1500 pelaku UKM di Indonesia, hanya 5% yang paham cara kelola bisnis mereka, baik retail ataupun non retail.  Selain itu banyak yang merasa bahwa dirinya sudah hebat, ,mereka merasa omsetnya sudah bagus. Pebisnis yang tampak mengerti bisnis itu omsetnya juga tinggi dan merasa tidak perlu belajar soal retail termasuk mengenai  buka outlet. Memang buka outlet di bisnis retail itu mudah, tapi  mengelolanya dan eksis hingga puluhan tahun itu tidak mudah,” terangnya.

Problem pertama yang dihadapi adalah terkait SDM. UMKM Indonesia kebanyakan tidak bisa mengatur SDM. Problem ini dari hasil pengamatan di lapangan. Bagi pelaku usaha, karyawan rajin dan malas itu sama saja, sehingga tidak ada penilaian terhadap karyawan. Ini yang membuat problem UMKM Indonesia.

Solusinya adalah buatlah sistem penilaian  kerja karyawan/membuat raport untuk karyawan. Contohnya karyawan bagian kasir, untuk membedakan kasir yang berprestasi atau tidak  maka perlu dinilai misalnya mengenai  penampilan dengan membuat skor. Selain itu dari jumlah setorannya apakah sesuai atau tidak. Salesman dinilai dari target tercapai atau tidak, jumlah telepon atau email yang dikirim, menawarkan produk lain dan sebagainya.

Pelaku usaha umumnya juga tidak punya modul training bagi karyawan baru. Karyawan senior biasanya  diberi tugas memberikan pelatihan pada karyawan baru, namun cara itu tidak efektif dan ini membuat karyawan tidak kompeten dalam tugasnya.  Untuk itu perlu membuat kurikulum training, seperti  anak sekolah. Sebelum karyawan bekerja di toko perlu diberikan kurikulum misalnya mengajarkan etika kerja. Pemilik usaha bisa memberikan training sendiri atau menggunakan jasa trainer. Selain itu ajarkan teknik penjualan secara baik. Misalnya ada konsumen  menanyakan produk merk A tapi stok habis, maka karyawan harus dilatih untuk menawarkan merk lain.

Masalah lain adalah sulit mencari karyawan baru. Di sebuah seminar dengan peserta 200 orang mengatakan rata-rata mereka susah mencari karyawan. Padahal sebenarnya mudah asal tahu caranya. Solusinya  buatlah iklan lowongan yang harus menarik. Misalnya dengan memasang spanduk di depan toko dengan tulisan kreatif dan menarik misalnya “yuk gabung di toko kami, komisi, bonus dan tempat kerja nyaman. “

Problem kedua adalah tidak paham marketing, hanya tahu bagi brosur, pasang spanduk. Seharusnya marketing lebih kreatif. Dalam proses promosi perlu kreatifitas yang menarik, misalnya diskon harga dengan syarat tertentu. Cara memulai kreativitas dengan prinsip amati, tiru, modifikasi (ATM). Marketing itu seperti mobil ambulans, sehingga banyak orang menoleh, maka kegiatan marketing harus punya daya tarik.

Problem ketiga adalah  belum memiliki pencatatan yang benar atau rapi. Pebisnis UMKM masih manual dalam pencatatannya dengan buku sehingga berisiko terjadi salah catat dalam harga yang berpengaruh pada bisnis misalnya stok menjadi salah. Untuk itu pelaku UMKM perlu menggunakan software  yang bisa membantu dalam proses pencatatan dengan benar. Data bisa dianalisa sehingga bisa diketahui keuntungan usaha secara benar. Tiga hal itu, baik SDM, marketing dan pencatatan yang benar dengan software bisa menjadi kunci bagi pelaku bisnis dalam memenangkan persaingan.